Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong adanya ekonomi, yang berkelanjutan di daerah, yang menjadi lokasi proyek pertambangan dan hilirisasi.
Dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Minggu, setelah proyeknya selesai, Bahlil mendorong agar tetap dilakukan diversifikasi hilirisasi di berbagai sektor.
"Kami laporkan pula bahwa atas arahan Bapak Presiden, kita jangan sampai menjadi negara kutukan sumber daya alam. Artinya, setelah tambang ini selesai, harus ada diversifikasi hilirisasi apa yang akan kita bangun," katanya saat acara "Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium Antam-IBC-CBL" oleh Presiden Prabowo Subianto di Karawang, Jawa Barat, Minggu.
Bahlil melanjutkan, proposal studi kelayakannya (feasibility study/FS) proyek tersebut sudah disampaikan kepada kementeriannya.
"Kita memikirkan mulai sekarang bagaimana pascatambangnya, investasi apa yang akan dibangun di sana," ungkapnya.
Menurut Bahlil, pada proyek tersebut, telah direncanakan pembangunan pusat ekonomi baru di sektor perikanan dan perkebunan pada tahun ke-8 hingga ke-9 proyek berjalan.
Pusat ekonomi baru tersebut akan dibangun dengan memanfaatkan lahan bekas tambang.
"Begitu tambang selesai, tetap perputaran ekonomi di daerah terus berjalan," ujar Bahlil.
Presiden Prabowo pun menyampaikan proyek tersebut merupakan program kolosal, yang akan mendukung tercapainya swasembada energi.
"Saya diberitahu oleh para pakar bahwa bangsa kita ini sungguh-sungguh bisa swasembada energi. Dan, hitungan saya, tidak lama. Lima tahun, paling lambat enam tahun, kita bisa swasembada energi," ujar Prabowo.
Proyek pertama di dunia
Proyek ekosistem industri baterai listrik terintegrasi konsorsium Antam-IBC-CBL merupakan ekosistem baterai berbasis nikel terintegrasi pertama di dunia dan terbesar di Asia Tenggara.
Ekosistem itu mulai dari pertambangan nikel di Halmahera Timur, Maluku Utara, hingga produksi baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat.
Proyek strategis nasional (PSN) tersebut menelan investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dan mencakup area seluas 3.023 hektare serta mampu menyerap 35 ribu tenaga kerja langsung, pertumbuhan ekonomi lokal, dan 18 proyek infrastruktur dermaga multifungsi.
Secara keseluruhan, proyek akan memiliki kapasitas produksi baterai kendaraan listrik sebesar 6,9 GWh, yang kemudian akan ditingkatkan menjadi 15 GWh.
Hal tersebut akan mengokohkan posisi Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara.
Nantinya, industri baterai listrik terintegrasi itu diproyeksikan dapat menyuplai baterai bagi 300 ribu kendaraan yang dapat mengurangi impor BBM hingga 300 ribu kiloliter per tahunnya.